Oleh: Dahlia Krisnamurti
gayahidup - Kamis, 5 April 2012 | 11:05 WIB
INILAH.COM, Jakarta - Semakin banyak orang terserang stroke membuat kita mudah sekali menemukan kata 'stroke' dalam kehidupan sehari-hari.
Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker.
Bahkan, menurut survei 2004, stroke merupakan pembunuh pertama di RS pemerintah di seluruh penjuru Indonesia. Sekitar 12 juta penduduk Indonesia berumur lebih dari 35 tahun berpotensi terkena serangan stroke.
Stroke merupakan suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke bagian otak tiba-tiba terganggu. Kurangnya aliran darah ke dalam jaringan otak, menyebabkan serangkaian reaksi biokimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel saraf di otak.
Nah, kematian jaringan otak tersebut yang dapat menyebabkan hilangnya fungsi saraf yang dikendalikan.
Spesialis penyakit saraf Dr. Sukono Djojoatmodjo,SpS RS Premier Jatinegara mengingatkan, jika tidak segera diatasi stroke bisa mengakibatkan kematian. Ia berpesan agar masyarakat mengenali gejala stroke agar pasien segera men dapat pertolongan.
"Dengan tidak menunda, berarti dimungkinkan untuk mendapatkan perawatan atau pengobatan yang lebih baik. Time lost is brain lost," jelas Dr. Sukono.
Menurut Dr Sukono, serangan stroke datang dengan gejala yang timbul tiba-tiba, sesuai daerah otak yang terganggu, seperti mengalami kelumpuhan, adanya gangguan sistem rasa (baal, kesemutan), gangguan bicara (menjadi cadel atau pelo) dan gangguan bahasa (tak bisa bicara), gangguan menelan, gangguan keseimbangan (yang berakibat vertigo, tetapi vertigo tidak selalu karena stroke), atau gangguan penglihatan (buta mendadak).
Ditambah lagi dengan gangguan orientasi tempat, waktu dan orang, gangguan menelan cairan atau makanan padat, mendadak pusing, nyeri kepala, pingsan bahkan koma.
Namun, Dr Sukono juga mengingatkan, karena setiap bagian otak memiliki fungsi tertentu, maka gejala dan tanda stroke pada setiap individu sangat bervariasi, tergantung pembuluh darah mana yang terkena dan bagian otak mana yang terganggu.
'Golden period' atau masa keemasan bagi penderita serangan stroke adalah 4,5 jam setelah gejala awal terjadi. Bila belum empat jam sudah tertangani dokter yang tepat di rumah sakit, kemungkinan besar pasien bisa tertolong dan sembuh kembali. Namun, jika sudah lebih dari tiga jam tapi belum enam jam, pasien masih akan tertolong meskipun mengalami kecacatan ringan.
Namun sebaliknya jika pasien terlambat ditangani akan menimbulkan kecacatan berat atau kematian.
"Lebih dari waktu itu berbahaya sebab sel otak kalau sudah mati tidak ada regenerasi. Karena itu makin cepat diobati makin baik sebelum enam jam," ungkapnya.
Pencegahan hal yang utama
Pada dasarnya stroke dapat dicegah secara primer maupun skunder. Secara primer dapat dilakukan dengan mencegah kejadian awal, mengidentifikasi faktor risiko, dan mengobati faktor risiko tersebut.
"Misalnya mengendalikan hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, kolesterol tinggi, dan lainnya," jelas Dr Sukono.
Juga menjalani hidup bebas risiko stroke. Misalnya menghindari pola makan berlebihan dan tinggi lemak atau tinggi garam, olahraga teratur, hindari obesitas, hindari stres, berhenti merokok, melakukan aktivitas fisik, dan laksanakan ajaran agama dengan benar.
Secara sekunder dengan cara mencegah kekambuhan stroke pada pasien yang pernah mengalami ini. Untuk itu penting sekali melakukan pemeriksaan kesehatan rutin paling tidak satu tahun sekali, seperti mengontrol tekanan darah, gula darah, mengurangi berat badan jika berlebih, serta mengontrol kadar kolesterol.
Penderita stroke dapat diselamatkan dari kematian dan cacat bila dilakukan pengobatan yang cepat, tepat dan akurat pada waktu terjadi serangan, khususnya stroke yang bukan pendarahan. [mor]
Sumber :http://gayahidup.inilah.com/read/detail/1848060/hanya-4-jam-waktu-selamatkan-penderita-stroke
Tidak ada komentar:
Posting Komentar