Kamis, 26 Juli 2012, 07:44 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, Agar tubuh sehat diperlukan tidur yang cukup, tidak kekurangan dan tidak berlebihan, yaitu sekitar 6-8 jam sehari. Dalam ilmu kesehatan, tidur adalah istirahat terbaik karena dengan aktivitas ini anggota tubuh bisa rileks dan santai.
Rasulullah SAW mempraktikkan bentuk tidur sehat dengan tidur pada sisi lambung sebelah kanan. Tidur dalam keadaan bersuti dan tidak dalam keadaan perut kenyang. Beliau tidak menggunakan kasur tebal. Kadang-kadang tangan beliau diletakkan di bawah pipinya. Beliau beranjak dan bangun tidur tidak lupa berzikir.
Orang yang menjalani puasa umumnya melakukan kebiasaan tidur yang kurang baik menurut kesehatan. Pertama, tidur segera setelah bersantap sahur karena alasan kantuk. Kedua, tidur melulu atau memperbanyak tidur di pagi, siang, dan sore hari dengan mengambil alasan tidur orang yang berpuasa dinilai ibadah seperti sabda Rasulullah SAW,
"Diamnya orang yang berpuasa adalah tasbih, tidurnya adalah ibadah, doanya dikabulkan, dan amalnya diberi pahala berlipan ganda." (HR. Dailami dan Ibnu Mandah)
Tubuh manusia membutuhkan gerak yang cukup. Paling tidak 30 menit setiap hari. Gerak badan yang cukup merupakan sarana yang efektif untuk menjaga kesehatan. Gerak badan atau olahraga bisa menghangatkan organ-organ tubuh, menghancurkan limbah makanan, dan membuat badan menjadi ringan dan aktif.
Sedangkan, kurang gerak membuat tubuh loyo dan lemah serta karena itu mudah diserang penyakit. Orang yang tidur secara berlebihan otomatis mengurangi waktu gerak tubuh padahal dalam gerak tubuh terdapat faedah yang besar.
Pepatah Arab mengatakan, "Di dalam gerak itu ada keberkahan." (Hikmah)
Tidur segera setelah bersantap sahur sangat tidak baik bagi kesehatan karena makanan belum sempat tercema dengan baik. Padahal, waktu sahur adalah saat yang tepat untuk pembakaran. Jika makanan belum sempat tercema dengan baik dan dibuat tidur maka makanan itu akan menjadi lemak.
Jika dibiasakan, lemak-lemak itu akan tertimbun menjadikan badan gemvik yang sering memicu penyakit diabetes melitus. Di Amerika penderita- penderita yang datang berobat 75% adalah berbadan gemuk dan di Jakarta 54,1%.
Idealnya menurut kesehatan, orang tidur setelah makanan tercema dengan baik atau menurut bahasa kesehatan Nabi SAW adalah tidak tidur dalam keadaan perut kenyang. Itu hanya bisa dicapai dengan gerak badan atau jalan-jalan antara 40-100 Jgkah atau paling tidak beristirahat beberapa saat sebelum kranjak tidur.
Harits bin Kaidah, dokter Arab yang paling pada masanya, ketika menjelang wafat memberikan nasihat kepada banyak orang yang meminta nasihatnya. Diantara Nasehatnya ialah, "Tidurlah setelah menunggu beberapa saat usai makan siang itu. Bila kamu makan makan maka hendaklah kamu berjalan empat puluh langkah (sebelum tidur)."
Pada waktu menjalani puasa Ramadhan, Rasulullah SAW para sahabat asai bersantap sahur tidak langsung tidur. Tapi justru berangkat ke masjid menunaikan shalat subuh, karena telah masuk waktu imsak (batas memulai puasa) dengan waktu subuh hanya sepanjang bacaan 50 ayat atau kurang lebih 15 menit.
Sahabat Zaid bin Tsabit menceritakan, "Kami makan sahur bersama Rasulullah SAW lalu kami berangkat menunaikan shalat (subuh). ”Ditanyakan, "Berapakah jarak antara keduanya?" Jawabnya, "Bacaan 50 ayat." (HR. Bukhari dan Muslim)
Tidur siang hari berefek tidak baik bagi kesehatan, apalagi yang berlebih-lebihan pada saat puasa. Ia mempengaruhi raut wajah, mengundang penyakit, dan menjadikan orang malas. Karenanya, ia mesti dihindari.
Apalagi siang hari adalah saat bekerja dan beraktivitas. Kecuali tidur siang pada waktu tengah hari yang sangat panas atau tidur siang sebentar dengan maksud agar bisa membantu mempermudah bangun di malam hari untuk shalat tahajjud yang disebut dengan tidur qailulah (tidur siang sebentar).
Rasulullah SAW bersabda, "Lakukanlah qailulah agar bisa membantumu bangun malam." (HR. Ibnu Maajah, Hakim, dan Thabarani).
Nabi SAW Mendoakan baik kepada orang-orang yang beraktivitas pada Pagi hari. Penulis yang produktif kebanyakan tidak menyia-nyiakan kesempatan waktu pagi (dini hari) karena membuat pikiran cerah dan konsentrasi otak penuh ditambah dukungan udara yang belum terkontaminasi polusi.
Orang yang tidur pagi dengan demikian kehilangan kesempatan berharga ditambah tidak mendapatkan doa baik itu. Doa beliau berbunyi, "Ya Allah, berkahilah umatku pada waktu pagi-paginya.” (HR. Abu Dawud).
Tidurnya orang berpuasa memang bernilai ibadah karena dibanding dengan tidak tidur tetapi membuat kesalahan dan melakukan dosa. Namun, waktu puasa digunakan untuk aktivitas yang positif tentu lebih baik dibandingkan dengan tidur melulu.
Logikanya, jika tidurnya saja bernilai ibadah maka apalagi kegiatan positifnya. Karena itu, mazhab Maliki berpendapat memperbanyak tidur di bulan puasa hukumnya makruh (boleh namun dibenci).
Pada hari-hari menjalani puasa, orang tetap dituntut untuk kerja dan beraktivitas seproduktif-produktifnya sebagaimana pada hari-hari biasa. Puasa tidak boleh dijadikan kendala untuk beraktivitas. Bagi sebagian orang, puasa malah menjadi media yang efektif untuk meningkatkan produktivitas kerja.
Waktu adalah uang. The time is money. Atau, menurut sahabat Umar ibnul Khaththab, waktu laksana pedang. Waktu harus dipergunakan dengan sebaik-baiknya, tidak sampai terbuang dengan sia-sia. Kewajiban dan tanggung jawab hidup di dunia masih banyak berada di pundak.
Waktu tidak boleh habis oleh tidur lebih-lebih pada saat puasa. Apalagi banyak tidur berefek jelek bagi kesehatan tubuh. Dan, lagi pula kelak di alam kubur kita semua akan bisa tidur dengan sepuas-puasnya.
Redaktur: Hafidz Muftisany
Reporter: Hannan Putra
Sumber: Puasa Menuju Sehat Fisik dan Psikis, Oleh Ahmad Syarifuddin
Republika Online :
01. http://ramadhan.republika.co.id/berita/ramadhan/shaum-sehat/12/07/26/m7qsq5-tidur-sehat-saat-puasa-1
02. http://ramadhan.republika.co.id/berita/ramadhan/shaum-sehat/12/07/26/m7qtvp-tidur-sehat-saat-puasa-2
03. http://ramadhan.republika.co.id/berita/ramadhan/shaum-sehat/12/07/26/m7qv23-tidur-sehat-saat-puasa-3habis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar